Sejarah berdirinya Kabupaten Kediri bisa
dikategorikan dalam beberapa fase. Fase pertama di mulai pada jaman kerajaan
yang dipimpin oleh Airlangga. Airlangga yang waktu bergelar CRIMAHARAJA
RAKELAHU CRILO-KESWARA DHARMAWANGSA AIRLANGGA ANANTA WIKRAMA-TUNGGADEWA telah
berhasil menyatukan daerah-daerah kerajaan Dharmawangsa yang telah pecah-belah
akibat pengaruh Sriwijaya.Sesuai dengan kehidupan orang Hindu, Airlangga ingin
memenuhi kewajibannya yaitu menjadi pertapa, dan sebelum mengundurkan diri pada
tahun 1041 ia membagi kerajaanmenjadi dua bagian untuk kedua putranya.
Adapun pembagian kerajaan sebagai berikut :
Adapun pembagian kerajaan sebagai berikut :
- Bagian Timur: Kerajaan Jenggala denga ibukota Kahuripan meliputi daearah Surabaya, Malang dan Besuki.
- Bagian Barat: Kerajaan Panjalu atau Kadiri meliputi daerah Kediri, Madiun dengan ibukota Dahapura.
Ketika Airlangga menjadi pertapa, Ia
dikenal dengan nama JATIWINDRA atau MAHARESI GENTAYU hingga akhir hidupnya
tahun 1049. Abu jenasahnya dimakamkan dilereng Gunung Peanggungan.
Fase kedua adalah dimana Kerajaan Kadiri bermula. Seusai era kerajaan Jenggala, berdirilah satu kerajaan bernama Panjalu dan terkenal dengan nama Dhaha, letak ibukotanya kira-kira di kota Kediri sekarang ini. Pada pertengahan abad ke-11 mulailah sejarah kerajaan Kadiri, dengan SRI JAYAWARSA sebagai raja pertama yang memerintah pada tahun 1104-1115 M.
Raja Kadiri terakhir adalah KERTAJAYA yang memerintah pada tahun 1185-1222 M, ia memerintah dengan sewenang-wenang hingga timbul pemberontakan yang melemahkan kerajaan. Seperti pertentangan-pertentangan antara Kertjaya dengan golongan Pendeta.
Golongan Pendeta menyingkir ke Tumapel (Ken Arok) dan selanjutnya mengadakan pemberontakan. Penyerangan Tumapel (Ken Arok) pada tahun 1222 telah meruntuhkan kerajaan Kadiri, mulailah tahta kerajaan diduduki oleh Ken Arok dan Kerajaan dipindah ke Singosari.
Dalam masa kepemimpinan kerajaan Singosari, yang di pegang oleh Kertanegara, terdapat beberapa keberhasilan yang bisa diraih dalam pemerintahan Kartanegara tersebut, seperti :
Fase kedua adalah dimana Kerajaan Kadiri bermula. Seusai era kerajaan Jenggala, berdirilah satu kerajaan bernama Panjalu dan terkenal dengan nama Dhaha, letak ibukotanya kira-kira di kota Kediri sekarang ini. Pada pertengahan abad ke-11 mulailah sejarah kerajaan Kadiri, dengan SRI JAYAWARSA sebagai raja pertama yang memerintah pada tahun 1104-1115 M.
Raja Kadiri terakhir adalah KERTAJAYA yang memerintah pada tahun 1185-1222 M, ia memerintah dengan sewenang-wenang hingga timbul pemberontakan yang melemahkan kerajaan. Seperti pertentangan-pertentangan antara Kertjaya dengan golongan Pendeta.
Golongan Pendeta menyingkir ke Tumapel (Ken Arok) dan selanjutnya mengadakan pemberontakan. Penyerangan Tumapel (Ken Arok) pada tahun 1222 telah meruntuhkan kerajaan Kadiri, mulailah tahta kerajaan diduduki oleh Ken Arok dan Kerajaan dipindah ke Singosari.
Dalam masa kepemimpinan kerajaan Singosari, yang di pegang oleh Kertanegara, terdapat beberapa keberhasilan yang bisa diraih dalam pemerintahan Kartanegara tersebut, seperti :
- Mempersatukan Nusantara
- Pembinaan menjadi Negara Maritim yang teguh
- Membantu perkembangan agama Syiwa dan Budha
- Dengan berkembangnya kekuasaan Singosari, hal ini menimbulkan kecurigaan negara-negara sekitarnya, lebih-lebih kerajaan Mongol (Cina) dibawah Kaisar Kubilai Khan, yang ingin merebut tanah air kita.
Fase berikutnya masuk sejak dikuasainya Nusantara oleh pemerintahan Hindia
Belanda.
Pada tahun 1906, berdasarkan Staasblad no. 148 tertanggal 1 maret 1906, mulai berlaku tanggal 1 April 1906 dibentuk Gemeente Kediri sebagai tempat kedudukan Resident Kediri, sifat pemerintahan otonom terbatas dan sudah mempunyai Gemeente Road sebanyak 13 orang, yang terdiri atas 8 orang golongan Eropa dan yang disamakan, 4 orang Pribumi (Inlander) dan 1 orang Bangsa Timur Asing, dan berdasarkan Stbl No. 173 tertanggal 13 Maret 1906 ditettapkan anggaran keuangan sebesar f. 15.240 dalam satu tahun, pada tanggal 1 Nopember 1928 berdasarkan Stbl No. 498 menjadi Zelfstanding Gemeenteschap mulai berlaku tanggal 1 Januari 1928 (menjadi otonom penuh).
Setelah Belanda menyerah kepada Jepang pada tanggal 10 Maret 1942, maka Kota Kediri pun mengalami perubahan pemerintahan. Karena wilayah kerja Gemeente Kediri yang begitu kecil dan tugasnya sangat terbatas oleh pemerintah Jepang daerahnya diperluas menjadi daerah kota sekarang daerah Kediri Shi dikepalai oleh Shicho.
Kediri Shi terdiri dari 3 Son dikepalai oleh Shoncho Son itu terdiri dari beberapa Ku dikepalai Kucho Pemerintahan Kediri Shi dipimpin oleh seorang Shicho (Walikotamadya) tidak saja menjalankan pemerintahan otonomi tetapi juga menjalankan algemeen bestuur (Pemerintahan Umum). Hanya di bidang otonomi tidak didampingi oleh DPRD. Wewenang penuh ditangan Kediri Shicho.
Setelah menyerahnya Jepang kepada Sekutu, habislah sejarah Pemerintah Jepang di Kediri, maka Pemerintah beralih kepada RI. Mula-mula walikota Kediri didampingi oleh Komite Nasional Kotamadya, kemudian daerah berkembang sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.
Pada tahun 1906, berdasarkan Staasblad no. 148 tertanggal 1 maret 1906, mulai berlaku tanggal 1 April 1906 dibentuk Gemeente Kediri sebagai tempat kedudukan Resident Kediri, sifat pemerintahan otonom terbatas dan sudah mempunyai Gemeente Road sebanyak 13 orang, yang terdiri atas 8 orang golongan Eropa dan yang disamakan, 4 orang Pribumi (Inlander) dan 1 orang Bangsa Timur Asing, dan berdasarkan Stbl No. 173 tertanggal 13 Maret 1906 ditettapkan anggaran keuangan sebesar f. 15.240 dalam satu tahun, pada tanggal 1 Nopember 1928 berdasarkan Stbl No. 498 menjadi Zelfstanding Gemeenteschap mulai berlaku tanggal 1 Januari 1928 (menjadi otonom penuh).
Setelah Belanda menyerah kepada Jepang pada tanggal 10 Maret 1942, maka Kota Kediri pun mengalami perubahan pemerintahan. Karena wilayah kerja Gemeente Kediri yang begitu kecil dan tugasnya sangat terbatas oleh pemerintah Jepang daerahnya diperluas menjadi daerah kota sekarang daerah Kediri Shi dikepalai oleh Shicho.
Kediri Shi terdiri dari 3 Son dikepalai oleh Shoncho Son itu terdiri dari beberapa Ku dikepalai Kucho Pemerintahan Kediri Shi dipimpin oleh seorang Shicho (Walikotamadya) tidak saja menjalankan pemerintahan otonomi tetapi juga menjalankan algemeen bestuur (Pemerintahan Umum). Hanya di bidang otonomi tidak didampingi oleh DPRD. Wewenang penuh ditangan Kediri Shicho.
Setelah menyerahnya Jepang kepada Sekutu, habislah sejarah Pemerintah Jepang di Kediri, maka Pemerintah beralih kepada RI. Mula-mula walikota Kediri didampingi oleh Komite Nasional Kotamadya, kemudian daerah berkembang sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.
‘Tahu’ apabila kita mendengar kata tahu yang
tergambar adalah makanan yang bahan dasarnya dari kedelai, warnanya putih,
bentuknya kotak, kenyal dan identik sebagai makanan orang desa. Tetapi jangan
heran, ada yang beda dengan tahu asli Kota Kediri. Tahu tidak lagi berwarna
putih tetapi kuning dan biasa disebut tahu takwa. Tahu kuning ini adalah
salah satu produk unggulan Kota Kediri. Sehingga bila anda berkunjung ke Kota
Kediri terasa kurang lengkap jika pulang tidak membawa oleh-oleh tahu kuning.
Distribusi tahu kuning ini terpusat di Jalan
Yos Sudarso dan Jalan Patimura dimana sepanjang jalan itu berderet perusahaan
sekaligus toko tahu kuning yang sudah berdiri puluhan tahun. Salah satunya
pusat oleh-oleh tahu kuning LTT. Nama LTT singkatan dari Liem Tien Thin yang
merupakan pendiri dari perusahaan tahu kuning LTT ini. Berdiri sekitar 46 tahun
lalu dan hingga waktu ini tetap menjaga kualitas tahu yang diproduksi guna
memberikan kepuasan pada pelanggan setianya.
Proses pembuatan tahu kuning ini sama dengan
pembuatan tahu biasa. Yakni, kedelai direndam dalam air selama kurang lebih empat
jam sampai terkelupas kulit arinya. Selanjutnya dimasak dengan dimasukkan ke
dalam mesin untuk digiling menjadi adonan halus. Setelah selesai hasil olahan
tersebut dimasukkan ke dalam wadah seperti sumur untuk disaring menggunakan kain guna diambil saripatinya. Sedangkan ampasnya biasanya ada yang membeli untuk diolah menjadi tempe gembos.
Saripati kedelai tersebut kemudian diaduk
perlahan dengan takaran tertentu dan dicampur cuka. Setelah itu dimasukkan ke
dalam cetakan yang berbentuk persegi. Usai diratakan dan ditekan supaya padat
kemudian didiamkan sampai dingin dan mengeras. Setelah proses tersebut selesai
tahu siap dipotong kota-kotak.
Sedangkan warna kuning yang menjadi ciri
khusus terbuat dari pewarna alami yakni dari campuran air dan tumbukan kunyit.
Tetapi jika kehabisan stok kunyit diganti dengan pewarna makanan. Tetapi jangan
khawatir, pewarna makanan yang digunakan selalu sesuai standart Badan POM yang
aman digunakan dan menjadikan tahu bisa bertahan beberapa hari. Selain itu
apabila dibawa ke luar kota untuk perjalanan beberapa hari, tahu kuning bisa
direndam di dalam air panas.
Kelebihan tahu kuning dibanding tahu biasa
terdapat pada rasanya, dimana rasa tahu kuning ini lebih gurih dan baunya lebih
harum. Bisa dimakan langsung atau dimasak lebih dulu, pokoknya terserah
suka suka kita. Yang jelas lezat dan nikmat, digoreng atau dijadikan
campuran sayur lodeh pedas, hemm…, uenak…,dijamin anda ketagihan.
Soal harga jangan khawatir, sangat
terjangkau. Rp 15 ribu untuk satu paket tahu kuning isi 10 biji yang dikemas
dalam wadah anyaman bambu atau yang biasa disebut besek. Jika anda penasaran
dan tertarik, kunjungilah Kota Kediri. Anda bisa mampir di Jalan Yos Sudarso
atau di Jalan Patimura sebelah utara Alun Alun Kota Kediri sekitar 500 meter.
Ragam kesenian di Kabupaten Kediri tentunya tidak lepas dari sejarah kerajaan Kediri.Beberapa kesenian khas daerah yang dapat dinikmati wisatawan antara lain Seni Jaranan, kethek ogleng dll
Kesenian Jaranan menyuguhkan berbagai atraksi menarik yang kadang mampu membangkitkan rasa takjub.Atraksi gerak pemain dengan diiringi tabuhan gamelan serta sesekali diselingi unsur magis menjadikan kesenian ini layak ditonton.
Di Kabupaten Kediri terdapat beberapa kesenian Jaranan yang dapat dinikmati diantaranya Jaranan Senterewe, Jaranan Pegon, Jaranan Dor, dan Jaranan Jowo. Jaranan Jowo merupakan salah satu kesenian Jaranan yang mengandung unsur magis dalam tariannya. Dimana pada puncaknya penari akan mengalami TRANCE (kesurupan) dan melakukan aksi berbahaya yang terkadang di luar akal manusia.
Sedangkan Jaranan Dor, Jaranan Pegon, dan Jaranan Senterewe lebih mengedepan kan kreatifitas gerak dengan iringan musik yang dinamis. Jaranan Senterewe merupakan jaranan yang digemari, karena dalam penampilannya selalu disertai hiburan lagu-lagu yang bernada diatonis. Seluruh kesenian jaranandi Kabupaten Kediri berada di bawah naungan Paguyuban Seni Jaranan (PASJAR) Kabupaten Kediri. Pemakeman Jaranan Kediri mengalami kendala karena hampir di setipa daerah terdapat kesenian ini, terutama daerah sekitar kediri, namun berbeda gerakanya. Perlu kajian sejarah untuk menetapkan pakem.
https://id-id.facebook.com/notes/kota-kediri/kuliner-gurihnya-tahu-kuning-oleh-oleh-khas-kota-kediri/10150319146407136
Tidak ada komentar:
Posting Komentar